Rabu, 28 Desember 2011

Cinta Sebening Embun (Part 3)


Hmmm.. itu juga kalau kamu tidak keberatan” saut Rully
Mereka berdua kemudian pergi ke RS Ananda. Sesampai disana kondisi RS sangat bagus dan sepi.. RS Ananda memang diperuntukkan untuk golongan menengah keatas. Lengkap dengan peralatan medis tercanggih dan harga premium. Mereka berputar dari satu lorong ke lorong yang lain. Beberapa kali mereka salah masuk ruangan. Lama kelamaan Rully yang gelisah semakin resah.
“fi.. apa kamu benar benar yakin ini rumah sakitnya” Tanya rully dengan nada bosan
“sepertinya begitu.. enggghhh.., aku telepon dulu yah salah satu keluarganya” tukas selfi
“Cuma disini dilarang berbicara di handphone, lebih baik kita ke taman saja dulu” sambung selfi
“ok.. aku juga mulai nggak betah neh.. bau obatnya bikin mules” saut rully

Mereka berduapun melangkah ke taman. Taman di RS Ananda ini memang diperuntukkan bagi penunggu pasien. Kondisinya sangat indah. Ada gazebo yang menghadap langsung ke perbukitan. Pepohonan dan rumput yang hijau. Ada juga tempat bermain anak anak.  Saat selfi memulai untuk menghubungi kerabat lain, rully mengambil posisi di salah satu ayunan mainan anak.
Dia terlihat lesu dan penuh dengan rasa kesalahan. Teringat lagi seluruh tindak tanduknya yang sangat tidak wajar ke dhea. Rully mulai mengulas kembali kenangan yang lampau. Dia sebenarnya anak yang baik, pintar dan teladan. Beberapa belas bulan yang lalu dia bertemu seorang gadis yang meluluhkan hatinya. Segalanya berubah jadi indah. Hidup penuh semangat. Sang kekasih selain cantik, sopan dan anggun, dia juga penuh perhatian dan selalu memberi dukungan atas semua yang dia lakukan. Tidak seperti wanita kebanyakan. Rully menjadi anak yang berprestasi dan beberapa kejuaraan bertema teknologi bisa dia raih.

Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Hidup bagai roda yang berputar. Suka atau tidak suka hubungan mereka seperti kapal yang akan karam. Sungguh sangat tidak dimengerti.. Badai berawal dari keluarga sang kekasih. Keluarga tradisional yang marginal. Beban biaya hidup yang berlebihan membuat orang tua sudah tidak bisa memikul lagi kehidupan sehari hari apalagi biaya sekolah. Ayah sang kekasih memutuskan untuk menjodohkan anaknya sendiri dengan salah satu kerabat yang jauh lebih tua tapi mau bertanggung jawab atas segala biaya pendidikan dan keseharian anaknya. Dengan catatan setelah lulus sekolah menengah umum, mereka akan dipersandingkan di pelaminan. Sang kekasih sempat shock, tapi karena pendidikan agama dan kultur yang kuat, dia berusaha menerima semua takdir dan petunjuk. Dia berusaha menjadi yang terbaik karena dia sadar bahwa tragedy ini mungkin jalan yang terbaik dari yang maha kuasa.

Berbeda dengan Rully.. dia tidak bisa menerima kenyataan.  Dia merasa hak nya dirampas.. semaksimal mungkin dia berusaha tapi hasilnya nihil. Rully pernah memohon pak Eso, ayahnya sendiri untuk datang ke rumah kekasihnya dan meminta untuk membatalkan semua acara. Tapi jawaban yang diterima malah tidak mengenakkan. “sudahlah rul, memangnya cewek cuma dia saja, kalau perlu nanti papah carikan”.
Rully merasa kiamat datang lebih awal. Dia shock dan secara perlahan tabiatnya berubah seperti sekarang ini. Apalagi belakangan dia tahu bahwa tunangan sang kekasih adalah Pak Eso yang notabene ayahnya rully sendiri. Dunia memang edan.

“hmmm… tapi sekarang semua sudah berubah.. kamu telah membuka hatiku, dhea” gumam rully pelan di taman. Pandangan matanya kosong. “you are like water which fulfilled all of empty area in my heart”.
“aku memang jatuh cinta..”
“aku menyesal melakukan semua ini”
“maafkan aku dhea..”
“aku nggak mau kehilangan yang ke sekian kali”
“tidakkkkkk !!.” Rully reflek berteriak.

Saat bersamaan ada tangan halus yang bergerak ke pundak Rully.
“aaaa..aaaku yang salah, aku yang harus minta maaf” jelas suara pemilik tangan halus tadi.
Rully berputar arah, setengah kaget dia berteriak
“Dheaa….”
Sebentar saja suasana berubah..
“ooohhh… jadi ini cuma akal akalan kamu saja yah..”
“aku sekarang yang jadi pecundang”
“aku terlalu percaya dengan kebohongan kamu dan selfi”
“kamuuu puassss..???!!!”
Rully merasa kesal, malu dan marah

“Rully.. aku tidak tahu apa-apa” selak Dhea
“Bohongg!!!” sanggah Rully
“tapi itu benar.. aku disini sudah lima hari menjaga papah yang sedang sakit” jawab dhea
“pleaseee… kamu boleh nggak percaya, tapi aku memang tidak berbohong” tukas dhea sedih

Di tengah pertikaian itu, tiba tiba datang lagi suara lembut
“Rully dan Dhea.. aku mohon maaf, aku yang melakukan semua ini” ternyata itu selfi.
“aku fikir, sudah saatnya kalian saling terbuka dan mengerti”
“kalian ini sebenarnya saling mencinta”
“ada apa dengan kalian? Kenapa mempertahankan ego masing-masing?”
“kenapa kalian menyiksa perasaan kalian sendiri”
“aku mohon maaf kalau aku lancing dan berbohong”
“ini pertama kali aku berbohong semenjak berteman dengan kalian”
“tapi ada satu hal yang kalian perlu ketahui… kalian tidak pernah bisa berkelit akan cinta”
“cinta hanya bisa hilang dengan cinta yang lain”
“tapi cinta yang sejati tak akan pernah hilang sampai kapanpun”
“apakah kalian masih akan menyiksa diri sendiri sampai mati? Silahkan kalau kalian mau”
“sekali lagi maaf, aku mohon diri, assalammualaikum”

Rully dan Dhea saling terdiam…entah apa yang difikirkan. Dhea lalu menangis tersedu.
Tak tahan melihat dhea menangis, rully mulai menggapai jari dhea satu persatu, digapai dan dipeluk erat.
“Dhea.. maafkan atas segala kesalahanku.. sebenarnya aku sayang kamu” Rully sedikit tersedak
“Aku juga sayang kamu” sahut dhea
So sweeettt….. Kini mereka mulai terbuka dan berhasil mengalahkan ego nya sendiri.
“Aku ingin miliki kamu selamanya” bisik rully
“me too, sweetheart” jawab dhea tersenyum

====000===

Tujuh tahun berselang.
Dhea menitikkan air mata mengenang saat-saat yang manis itu. Dia membuka seluruh diary nya satu persatu. Saat ini Dhea sudah bekerja di salah satu kontraktor asing di bidang pertambangan. Rully sendiri menjadi seorang pengusaha sukses berbekal pendidikan di MIT amerika. Mereka sudah melangsungkan pernikahan dua tahun yang lalu dan telah dikaruniai satu orang anak laki yang lucu.
“untung saja ada rekan baikku yang cerdas dan ahli strategi” gumam dhea..

Tapi sekejap kemudian wajah dhea pucat pasi..
“kasihan sekali selfi” gumam dhea lagi
Selfi, gadis berjilbab itu setelah lulus kemudian melanjutkan ke universitas dan mengambil jurusan kesehatan masyarakat. Selfi lalu mengabdikan dirinya ke daerah daerah terpencil. Dia ingin menjalankan amanah yang pernah diberikan orang tuanya. “menjadi orang yang berguna bagi orang lain”. Gaji yang dia dapat, 75 persen ditransfer ke ayahnya untuk biaya pendidikan adik adiknya. Selfi, wanita berjilbab yang anggun, sopan, halus budi dan mulia ini sedang mendapatkan cobaan yang berat. Dua tahun bekerja di pedalaman Kalimantan tengah. Suatu waktu dia masuk jauh ke pedalaman lagi untuk memberikan bantuan kesehatan, dia terkena goresan tumbuhan beracun. Sebenarnya racun ini bisa dihilangkan kalau penanganannya cepat. Hanya saja, lokasi yang sangat jauh dan perlu berhari hari untuk sampai perkotaan membuat kerusakan akibat racun itu semakin meluas.

Kini selfi sudah di evakuasi ke Jakarta. Menurut dokter racunnya sudah sampai ke otak. Seluruh tangan dan kakinya lumpuh. Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya gejala demam malaria. Selfi sempat koma beberapa kali, tapi saat dhea berkunjung tadi pagi, selfi terlihat agak segar. Dia melemparkan senyum nya beberapa kali. Selfi mencoba angkat bicara.
“dhea.. kamu makin cantik.. bagaimana anakmu”
“makasih ya fi.. anakku makin lucuuu.. kamu cepat sehat yah, biar bisa main sama anakku”
“Insya Allah dhea.. semoga”
Itu yang masih diingat oleh dhea tadi pagi. Tiba-tiba dia teringat lagi tentang sesuatu.. yaa… seseorang rekan selfi menitipkan barang barang selfi ke dhea karena beliau akan kembali lagi ke Kalimantan. Dhea coba membuka tas plastic itu satu persatu.. dia tersenyum karena semua barang kenangan yang dia berikan ke selfi ada disana dan selalu dibawa kemana selfi pergi. Lalu dhea mengambil salah satu buku, rupanya itu buku diary nya selfi..
“wahh… pasti seru neh cerita selfi disana”
Lembar per lembar dia buka satu persatu

Diary ku…
Sepertinya tugasku sebentar lagi selesai.. mungkin akan akan kembali ke kampung halaman dalam beberapa hari ke depan. Senang rasanya tetapi ada segelintir rasa enggan. Aku sudah terlalu betah disini. Semua asli dan asri. Cukup berat bagiku untuk kembali bertemu dengan kenangan lama. Kenangan dimana aku harus melupakan dan merelakan dia sepanjang hidupku.

Dhea.. menarik nafas.. dadanya sedikit berguncang. Tapi dia lanjutkan membaca diary itu.

Diary.. telah lama sekali aku tidak berjumpa dengan mereka. Aku ingat tujuh tahun yang lalu.. ada sesuatu yang ingin kulakukan untuk pujaanku ini. Aku tidak mau dihantui rasa bersalah terus menerus. Jalan yang aku jalani ini adalah bukan pilihanku. Tapi ini sudah menjadi suratan takdir yang tidak bisa aku hindari. Aku telah menyakitinya, Itu memang cobaan hidup.. tapi apa aku bisa memilih.. masih bisa, hanya saja aku tidak boleh egois.. aku sangat sayang sama ayah dan adik adik. Semenjak ibu meninggal dunia, aku menjadi tumpuan harapan mereka.

Diary.. ketika aku memilih jalan itu… sebenarnya hatiku telah hancur… cinta ini seperti layang layang putus yang terbawa angin entah kemana. Kalau dia merasa terluka aku bahkan lebih dari luka. Rully.. aku merasakan bahwa tujuh bulan hubungan kita adalah hal yang paling indah yang aku miliki selain keluargaku ini. Aku juga tak ingin benih benih cinta ini pudar sebelum berkembang, tapi lacur berbicara lain. Andaikan kau tahu, sampai saat ini pun, cinta aku hanya untuk kamu. Aku kemas cinta ini dengan rapih, terlindung dari segala macam godaan, jauhhh…. Jauhhh di lubuk hati yang paling dalam. Karena aku tahu kalau aku bisa bahagia dengan memelihara cinta suci ini.

Diary, aku senang bisa menyatukan Rully dengan dhea.. aku cuma ingin kamu bahagia.. aku yakin, dhea adalah orang yang terbaik untuk kamu. Kamu pasti bahagia, dear. Aku bisa merasakan kebahagiaan kalian dari jauh. Sekarang aku bisa tersenyum. Senang melihat pangeranku bisa berhasil dan sukses. Berbeda sekali dengan kondisi saat kamu terluka, kamu jelek sekali, beringas dan menakutkan.

Diary, aku sudah berjanji untuk mengabdi ke pak Eso yang telah membantu keluarga aku selama ini. Tapi sepertinya pak Eso berubah fikiran. Allah memberikan dia petunjuk untuk memilih berada di lingkungan keluarganya sendiri. Aku senang mendengarnya. Tanpa perlu aku jelaskan, pak Eso sudah sadar dengan sendirinya. Tapi sekarang, aku malah bingung untuk berjalan ke arah yang mana. Hatiku sudah bertahun tahun tertutup untuk orang lain.. yang ku ingat di setiap bait doa adalah nama rully..
Ya Allah.. aku memang terlalu egois..mohon ampun ya Allah… yang kubisa adalah mendoakan pahlawanku itu agar tetap bahagia.. bimbinglah aku ya Allah agar aku senantiasa menjaga cintaku ini sampai akhir hayat..

Dhea.. sudah tidak kuat lagi untuk terus membaca diary itu. Dia menangis sekuatnya. Dia bekap diary itu erat erat… Dia sendiri bingung apa yang harus dilakukan
Tiba tiba HP dhea bergetar. Ada sebuah sms masuk..
“Dhea.. kalau kamu bisa, kamu kesini yah nak.. tolong bantuin oom untuk mempersiapkan proses pemakamkan Selfi..”

Dhea tersentak.. pesan itu dari ayahnya selfi…
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” ucap dhea sambil meneruskan tangisnya..

 ===0000====

Mentari mulai naik sampai ke titik yang paling tinggi. Acara pemakaman sudah dimulai dan hampir selesai. Isak tangis mengiringi kepergian selfi.. Dhea dan Rully berbaur menjadi satu. Dhea beranjak pulang dan meletakkan secarik surat dan ditempelkan ke nisan rekannya itu

Kawanku Selfi..
Aku mohon maaf atas kesalahanku selama ini. Kamu adalah kawanku yang terbaik yang tidak pernah aku lupakan. Kawan yang aku sungguh muliakan. Selamat jalan kawanku, doa selalu aku panjatkan demi kebahagiaan engkau disana.. kebahagiaan yang hakiki.. kebahagiaan bersama cinta yng kamu simpan rapih selama ini. Cinta kamu “cinta sebening embun”.

Rully dan Dhea


Cinta Sebening Embun (Part 2)


Selfi berlari tergopoh gopoh dan mencoba membantu dhea berjalan sambil berusaha menyabarkan hati dhea.
“tenang aja fi.. I am okay” tutur dhea
“tapi kamu terluka, sayang”
“nggak apa apa kok” kembali dhea meyakinkan selfi
Selfi merasa ada keanehan, apa yang terjadi dengan dhea? Tidak seperti biasanya.
Dhea membaca apa yang difikirkan oleh selfi, dia hanya tersenyum dan memberikan isyarat pasti.
“selfi.. gue lagi berusaha untuk jadi seseorang yang tabah”
“gue tahu akan berat”
“bahkan mungkin lebih sakit dari ini”
“tapi nggak ada salahnya gue coba”
“mungkin ini proses pendewasaan diri yang disebutkan loe tempo hari”
“gue cuma perlu betadine dan sedikit alkohol kok buat nutup ni luka”
Selfi mengangguk pelan seakan tak percaya.. gadis mungil di depannya ini telah berubah menjadi sosok yang lebih dewasa dan fleksible.

“gue udah coba berfikir lebih pragmatis fi.., gue harap ini akan bantu gue di ujian hari ini”
“insya Allah, dhea.. tapi apa yang membuat kamu berubah” selfi kembali bertanya
“Jawabannya sama dengan apa yang kamu jelaskan waktu itu fi.., kondisi dimana semua orang mengalami suatu proses yang sama.. ya… syndrome.. Human syndrome…”
“gue lagi coba stimulasi hal hal yang paling berat dengan syndrome ini, kelihatannya berhasil fi..” dhea memicingkan mata
Selfi mulai mengerti.. dhea yang pintar ini sudah bisa mengembangkan dirinya, merubah sesuatu yang ditakuti menjadi pemicu semangat dalam diri.. mengkondisikan cinta yang dia benci sebagai sesuatu kekuatan yang merubah kesakitan menjadi keindahan, kegagalan menjadi keberhasilan, kebencian menjadi keikhlasan..
“dhea memang pintar dan cepat belajar” gumam selfi.
Mereka tersenyum bersamaan dan berjalan menuju ruangan osis untuk mengobati luka di kaki dhea.




====0000====

Tiga kali bel berbunyi menandakan selesainya UAS hari itu. Rully berjalan santai mendekati faris.
“ehh raab (baca:arab), mo kemane loe”
“kagak ade rencana bro.. ana ikut ente aja” saut faris.
Rully tersenyum.. ada sesuatu menempel di benaknya
“ente pasti punya rencana neh.. ana dah khatam sifat ente” celetuk faris
“ada sehhh… tapi masih “classified”, rahasiaaaa..”dengan enteng rully bicara
“langsungggg bro…” sekilas faris mengerti
“tapi jangan ente kerjain tuh kutu buku lagi bro.., ana nggak tega”
Rully menarik nafas..
“raab…sebenarnya gue penasaran”
“tumben tuh anak kagak datang lagi kesini mencak mencak”
“apa doi dah takut ma gue yah”
“atauuuu….. aaahhh…. Loe cari info dong broooo”
Faris tertawa kecil..
“ana dah tebak.. ente pasti mikirin die bro…”
“ngomong-ngomong die cantik juga bro.., cocoklahhhh.. otok otok otok ”Faris makin tertawa
“kagak bro.. kagak ada chemistry gue ma die.. bukan sesuatu lahhh” elak rully
 Rully mengernyitkan dahi sekali lagi..
“tapi kenapa sudah jatuh doi malah senyum senyum aja yah.. gokil juga tuh anak”
“sudahlah bro.. ngapain sehh yang gituan ente pikirin.. kalau ente nggak suka, ya sudah, cuekin aja” selak faris.
“kagak ada advantage nya juga loe urusin yang nggak chemistry”
“malah nambah nambahin rekor kejahatan ente aja”
Rully dengan cepat berbalik kearah faris
“loe ngomong apa raab?”
“he he.. ampun bro.. maksud ana, kita cari yang lain aja bro..” faris mengelak
“biar ana sekalian hunting juga”
“okayyy.. tapi loe harus cari tahu, kenapa doi jadi aneh. Ente kan penuh akal bulus” kilas Rully
 Faris dengan tubuh gempal dan hitam itu mulai berfikir dan tersenyum sendiri
“ana ada ide bos”
“apa ide loe”
“kite buka aja efbe nya bos, yang ana tahu dia memang efbe user paling update”
“good idea” kilah Rully dengan puas
“langsunggggg bos”.

Kedua anak ini mulai mengotak atik internet di blackberry nya Faris. Faris memang berasal dari keluarga yang berada. Rully pun begitu, hanya saja karena kenakalan nya seluruh fasilitas termasuk HP blackberry nya ditarik sang orang tua.

“okay bos..ni user name si dhea”
Di ujung atas kiri facebook tertera nama “Denada Andini Rhemdara”
Baru beberapa menit dhea mengganti status facebooknya
“The nightmare became the miracle drug. It’s getting better now” (baca: mimpi buruk menjadi obat yang manjur, sekarang sudah mulai membaik)
Kedua bocah itu memicingkan matanya.. “maksudnye ape yee?” Rully sedikit heran
“Bro.. nggak nyambung neh bro…” suara faris mulai terdengar jenuh
“hee raab.. gue harus tahu apa maksudnye.. ape doi nyindir gue” kilah Rully
“kagak bro.. ni mah jaka sembung… tapi kalau ente penasaran silahkan ente update aja status ente, siapa tahu doi ngeliat”
“okay raab.. gue coba ganti”
Rully membuka facebooknya. User name nya tertera “Roellee the art of evil spirit”. Profile picturenya pun bergambar animasi setan dan jin seram.
“serem amat bro… ana punya gambar yang lebih damai bro..”cibir faris
“diem loe raab.. terserah gue.. gaul dong” selak Rully
Dengan sigap rully mengganti statusnya “Waiting for the avenged. Let’s screaming” (baca: “menunggu pembalasan, ayo berteriaklah”).
Lalu mereka menunggu update dari dhea. Tapi hampir dua jam tak ada perubahan. Faris pamit pulang. Rully pun pulang dengan langkah gontai. “penasaran juga”.

====000====

Malam itu menjadi malam yang panjang buat Rully, sudah hampir tujuh hari dia tidak melihat dhea semenjak terakhir dia lakukan kekonyolan itu. Dhea memang diperintahkan oleh orang tuanya dengan ijin walikelas untuk terlambat satu menit semenjak bel sekolah berbunyi. Karena dhea pintar dia bisa keluar lebih awal dibandingkan kawan sekelasnya dan langsung pulang menuju ke rumah.
“ini memang suatu antisipasi agar dhea merasa lebih aman dalam menjalani test” kilah Ibu ani, wali kelasnya. Semua guru tahu bahwa Rully adalah siswa yang sangat berbahaya.

Tapi selama itu berjalan ternyata ide dari faris ada benarnya. Tak disangka oleh Rully bahwa pergantian status itu memang menjadi komunikasi buat mereka berdua. Berawal dari 8 Jam setelah status terakhir semua berubah menjadi sesuatu yang tak terkira.

Hari 1:
- Dhea : “ I won’t do that and prefer for peace”. (Saya tak akan lakukan itu dan lebih suka perdamaian)
- Rully : “ The evil won’t stop. don’t you feel embarashed, looser? (setan tak akan pernah berhenti. Apakah kamu tidak merasa malu, dasar pecundang)

Hari 2:
- Dhea : “ I am not playing the game but you are. It was on the past. forgiven ”. (Saya tidak merasa memainkan permainan ini, tapi kamulah yang bermain. Itu terjadi di waktu yang lampau. maafkan)
- Rully : “ not so easier” (tidak semudah itu)

Hari 3:
- Dhea : “ Just do what you’ve thought. No matter it will be happen, I’ll promise to understand with all of my heart and soul ”. (Silahkan lakukan apa yang kamu pikirkan. Tidak perduli apa yang akan terjadi. Saya berjanji untuk mengerti dengan segala keikhlasan)
- Rully : “ ???, you must be sick, it’s not you” (???, kamu pasti sakit, sepertinya ini bukan kamu)

Hari 4:
- Dhea : “ everyone can change if the right person come along”. (Semua orang bisa berubah jika ada orang yang benar yang datang kepadanya)
- Rully : “ I smelt something stupid but I don’t give a damned” (Saya mencium sesuatu yang bodoh tetapi saya tidak perduli)

Hari 5:
- Dhea : “ It’s real. Full of sensation. I believe it will come through”. (itu sangat nyata. Penuh dengan sensasi. Saya percaya itu akan menjadi kenyataan)
- Rully : “ eerrrgggghhhhhhhh….. ” (eerrgggggghhhhhhh)

Hari 6:
- Dhea : “Affection”. (rasa sayang)
- Rully : “ Hmm…You’re not the only one ” (hmmm… kamu bukan satu satunya)

Hari 7:
- Dhea : “I don’t think that I am gonna owned except the shadow”. (Saya rasa saya tidak ingin memiliki kecuali bayangan)
- Rully : “ sorry, the room is not available” (Maaf, tidak tersedia ruangan lagi)

Rully kembali menunggu jawaban yang berikutnya. Tapi sampai tengah malam tak kunjung datang. Dia semakin penasaran.. ada rasa bersalah di dalam dirinya. Ini pertama kali dalam hidupnya ada rasa tidak tega.
“aku mungkin keterlaluan.. dhea memang terlalu cantik untuk disakiti, tapi aku khawatir ini hanya tipuan sesaat” gumam rully.

Sampai dua hari berikutnya tidak ada status update. Rully coba memancing lagi
“The new house is no longer a dream” (Rumah baru tidak lagi sebuah impian).
Dia coba lagi di hari berikutnya..
“It’s a matter of time” (Cuma masalah waktu saja)
Akhirnya Rully menyerah. Di hari berikutnya dia menulis
“After all this time, I am missing you” (setelah waktu bergulir selama ini, saya merasa kehilangan kamu)

 Sayangnya hampir dua hari berikutnya berselang, dhea tidak memberikan respon lagi. Rasa was was dan tidak tenang mulai menjangkiti rully. Sepertinya dia pun terkena syndrome yang sama. Rully coba menghubungi semua sahabatnya tetapi tidak mendapat informasi yang bagus. Maklum saja liburan semesteran sudah dimulai. Beberapa rekan sudah mulai berwisata dan berpencar kemana mana.
Rully semakin panik.. tapi dia belum berani menelpon langsung dhea.. rasa ego nya masih mengalahkan rasa cinta.
Tak beberapa lama wajahnya mulai ceria.. si laptop tertera status dhea yang baru
“flying without the wings” (terbang tanpa sayap).
Rully kembali menjawab
True love can be a jet plane” (cinta sejati bisa menjadi pesawat jet)
Rully bingung… kok jawaban dia sendiri jadi tidak nyambung. Maklum dia sangat tergesa gesa..  Setelah beberapa jam, dia sudah tidak tahan dan mulai memencet nomer hp dhea.. tapi hanya answering machine yang menjawab.

Terakhir kali dia coba menghubungi selfi
“hallo assalamualaikum”
“selfi, apa kabar”
“Masya Allah, ini Rully.. tumben, ada apa yang bisa aku bantu”
“nggak apa apa fi.. gue cuma iseng aja” sekali lagi rully salah ngomong
“isengg? Ya sudah kamu mau iseng apa?”
“maaf selfi, bukan begitu…aku cuma ingin tahu kabarnya dhea?”
“dhea? Ada apa dengan kamu dan dhea, hayooo?” gurau selfi
“nggak ada apa apa sehh cuma gue pengen tahu aja”
“kabarnya buruk.. sudah lima hari ini dia di rumah sakit. Dia terkena demam berdarah.. tapi mengarah ke typhus. Sel darah merahnya turun drastic. Sehari yang lalu dia mulai agak baikkan, tetapi barusan saya dengar dia kritis”

Rully bagaikan tersambar petir.. tangannya gemetar.. seakan tidak ada daya upaya.
“Rully… kamu masih disitu” Tanya selfi
“ngggg… ia selfi… perasaan aku jadi tidak enak” tiba tiba rully merubah tata bahasanya lebih halus
“kenapa?”
“aku merasa bersalah dan telah mendzalimi dhea”
“tenang yah rully.. serahkan saja semuanya ke yang maha kuasa. Kita doa kan saja dhea cepat sembuh”
“aku janji fi.. aku akan minta maaf ke dia”
Selfi tersenyum lalu dia berkomentar
“aku memang merasa sudah saatnya begini. Karena aku yakin sebenarnya kalian ini saling mencinta”
“selfi.. kamu kok tahu”
“ya rully.. aku selalu baca status kalian.. sepertinya ada keterkaitan.”
“okelah.. kamu mau ke rumah sakit? Nanti aku antar”



Bersambung

Selasa, 27 Desember 2011

Cinta Sebening Embun (Part 1)


Dhea bergegas menarik tali sepatu, sedikit mengumpat dalam hati, “Hari ini benar benar menyebalkan”. Semalam suntuk berupaya untuk mengerti pelajaran fisika elektromagnetik, tapi berulang kali dia gagal. “Uuu uuhh..., benciiii..” gumam nya.
Sebenarnya dhea termasuk siswi terbaik di SMA nya. Semua pelajaran dilahap habis tanpa ampun. Dia juga beberapa kali ikut dalam olympiade mata pelajaran eksakta di kota kelahirannya ini. Target dhea hanya satu, lulus ke perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Sebegitu seriusnya sehingga dhea tidak pernah melirik rekan pria untuk dijadikan kekasih.
“pacaran itu hanya jadi beban, semua serba diatur” tukas dhea saat bergabung dengan anak gank zuliet di cafĂ© moncrotz
“aahh nggak gaul loe” sela mimi
“yoi”.. “sampai kapan loe mau sendiri.. kelamaan malah jadi kuntilanak” gurau angel sambil menarik sedikit hisapan rokoknya.
“terserah loe pade aja deh, yang penting gue mau bebas saat ini. Nggak kayak loe.. setiap hareee harus bales sms.. emengnye operatorrr..” dhea terlihat sudah mulai panas
“sabar yah dhea.., orang sabar disayang Tuhan” selfi sedikit berbisik sembari menggeser ujung jilbabnya.
Dhea agak terhibur..

Selfi memang teman dhea yang paling dekat. Selain karena halus tutur katanya, dia juga sangat bijaksana. Mengalah adalah senjata yang paling utama buat selfi. Setiap perkataannya selalu mengandung arti. Selfi sendiri tidak mengambil jurusan IPA, dia lebih nyaman mengambil IPS.  Saat mereka berdua berdiskusi, dhea kadang menegaskan seluruh cita cita hidupnya dari A sampai Z, penuh dengan optimisme dan semangat yang tinggi. Terkesan sangat ambisius untuk anak seumur dia. Selfi selalu menjaga perasaan dhea dengan memberikan perhatian khusus saat dhea bicara. Sampai suatu waktu dhea bertanya tentang cita cita kepada selfi.

Selfi terdiam sejenak, lalu tersenyum..sembari berkata halus,
“aku ini bukan siapa-siapa dhea.. aku orang yang tidak punya bahkan tidak pintar seperti kamu, cantik...  Aku hanya menjalani hidup ini bagai air yang mengalir. Pilihan hidup aku tidak sebanyak kamu, bahkan mungkin cuma satu pilihan” tukas selfi dengan syahdu.
“Kalau aku ditanya cita citaku apa? Aku hanya ingin menjalankan amanat almarhum ibu ku, beliau minta aku agar bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Itu cukup sederhana, tetapi cakupannya maha luas. Aku sendiri belum tahu apa aku sanggup. Mudah mudahan Allah memberikan kemudahan”.

====00000====







Setelah melahap sepotong roti, dhea memanggil supirnya.
“mangggg udinnnnnnnn…. Dah telattt nehhhhh”.

Begitulah hari hari dia lewati. Gadis cantik, pintar tapi manja ini kadang explosive. Dia terlalu pe de dengan apa yang dia miliki. Sulit berbicara tentang etika kepada gadis semacam ini.
Di dalam mobil dhea coba membuka lembar demi lembar buku fisikanya..tapi tetap saja otaknya membeku.. kemudian dia coba mengeja satu persatu;
“Gelombang elektromagnetik yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas. Sebagai sebuah gejala gelombang, gelombang elektromagnetik dapat diidentifikasi berdasarkan frekuensi dan panjang gelombangnya. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik sebagaimana gelombang radio atau sinar-X. Masing-masing memiliki penggunaan yang berbeda meskipun mereka secara fisika menggambarkan gejala yang serupa, yaitu gejala gelombang, lebih khusus lagi gelombang elektromagnetik. Mereka dibedakan berdasarkan frekuensi dan panjang gelombangnya”.

Tapi entah mengapa, setiap bait dibaca setiap kali bayangan itu muncul….muncul dan muncul lagi.
Dhea seketika berteriak..”tidakkkkkkkkkk”.  
Mang udin langsung menginjak rem.. hampir saja terjadi tabrakan beruntun.
Setengah kaget mang udin bertanya, “ada apa neng.., mang jadi kaget”.
“nggak ada apa apa mang, jalan terus.. bentar lagi jam masuk”.. dhea menjawab sembari menutupi seluruh mukanya dengan buku fisika..
Mang udin cuma bisa menggelengkan kepalanya.. entah sudah seminggu terakhir majikan kecilnya ini berlaku aneh.. tapi apa daya seorang mang udin. Setelah meminta maaf dengan pengemudi kendaraan di belakangnya lalu dia meneruskan perjalanan.

Yah.. seminggu yang lalu.. tepat saat itu, the shadow mulai membayangi dhea.
Awalnya dhea mendapatkan kehormatan dari kepala sekolah karena prestasinya memenangkan olympiade fisika setingkat provinsi. Seluruh murid kelas III IPA harus mendapat tanda tangan dhea di buku tugas fisika nya. Ada ratusan siswa/I dari 7 kelas III IPA yang antri untuk tanda tangan. Semua datang dan juga mengucapkan selamat kepada gadis imut imut ini. Dhea menyambut dengan riang kecuali untuk satu siswa ini.. ya.. dia bernama Rully.

Rully cowok urakan.. seluruh siswa/i seragam jingga ini kenal dengan dia. Pemabuk, pengguna narkoba, slebor, preman kampung, anak motor, playboy dan satu lagi julukan yang dhea benci..”si raja tega”. Typical rully memang gampang gampang susah.. berbeda dengan rekan sebayanya yang nakal, dia memang tidak banyak bicara atau berkoar seenaknya. Dia diam dan tenang, tapi sulit ditebak arahnya. Keberanian dan kenekatannya sungguh luar biasa. Beberapa kali dia di skor karena melukai kawannya sendiri termasuk satpam sekolah. Beberapa kali Rully diselamatkan oleh gurunya dari pemecatan karena memang dia berprestasi di bidang yang lain.. Dia pintar dan cerdas tapi pemalas. Pada saat ujian semester dibagikan, mendapat angka 6 pun menjadi suatu prestasi. Tapi disisi lain dia adalah juara robotika di tingkat provinsi yang membuat nama harum sekolah.

Rully mengulurkan tangan ke dhea.. dengan dingin dhea menyambutnya.
“selamat yah kurcil” celah rully
“maksudd?” dhea setengah melotot
“ya kurcil.. emang loe kira loe siapa?” rully setengah acuh
“loe catat yee.. gueeee bukan   k u r c a c i.. justru loe sendiri yang bajingan” dhea mulai kasar
“kalau bukan karena disuruh ibu indri, gue juga males dateng ke loe.. neh pena gue, cepet tanda tangan” muka seram rully muncul.
Dhea mulai ragu dengan keberaniannya. Dia pernah melihat dengan mata kepala sendiri rully menyiksa anak III IPS sampai pingsan. Setelah ditandatangani, rully langsung berbalik arah tanpa mengucap kata terima kasih sedikitpun. Tapi dia membuang secartik kertas.. dhea mengambilnya dan ada tulisan “have fun girl, long long night”. Dhea mengernyitkan dahi tidak mengerti apa maksudnya.
“uuhhh… ngapain gue ngurusin sampah masyarakat, mending gue happy happy aja” gumam dhea dalam hati.

Keesokan harinya seluruh siswa/i yang antri sangat kecewa karena dhea tidak masuk. Rupanya dhea sakit dan harus ke dokter kulit. Usut di usut ternyata dia terkena getah yang ada di pena nya rully. Rully memang sengaja menempelkan getah gatal di ujung pena. Alhasil semalaman dhea tidak bisa tidur karena gatal sekujur badan.. sembari menangis dhea berteriak “dasar bajingannnnnn”..
Dhea semakin marah karena setelah dua hari berselang, Rully mengirim sms dengan nomer yang tidak dikenal, “how’s bout ur holiday?”
Dhea sangat yakin itu Rully, lalu dia mendatangi langsung ke yang bersangkutan.
“eehh garbage…, puas loe ye..”
“loe iri ye sama gue”
“loe buktiin dong kalo loe memang cowok beneran”
“Cuma bisa bikin robot jelek aja loe dah bangga”
“loe pikir loe dah berhasil narik perhatian gue..”
“sorry ye.. najis gue lihat loe”
Semua sumpah serapah dhea keluar.
Rully lalu mendekat dan semakin mendekat. Secara tiba-tiba dia meniup permen karet yang dari tadi dikunyahnya mengarah ke muka dhea yang mungil…
Plokkkk…. Hanya beberapa millimeter hampir mengenai muka dhea..
Dhea kaget dan langsung menangis.. menahan amarah dan rasa kagetnya.
Tapi rully tetaplah rully, dia kembali mendekat dengan balon permen karetnya..
Disaat yang genting, tiba tiba suara lembut itu datang,
“rully.. boleh aku minta tolong..”
Rully menoleh dengan mata nanar
“kamu bisa jauhi dhea sebentar.. atas nama dhea aku minta maaf”
Rully mengangguk berat dan meninggalkan mereka berdua.. sesekali dia menolehkan mukanya ke belakang lalu beranjak pergi.

Suara lembut itu lalu mendekati dhea..
“kamu tidak apa apa kan dhea..?”
Dhea menggelengkan lambat kepalanya
“gue nggak ngerti.. salah apa gue sama bedebah itu” tukas dhea
“gue benciiiiiiii…..”
Suara halus itu mulai mendekat lagi..
“sabar yah dhea.., aku percaya kamu bisa. Jangan terlalu membenci dan mengikuti emosi, lebih baik kamu acuhhkan saja. Yuk kita ke kantin” ajaknya.
Dhea mengamini ajakan itu..
“makasih yah selfi.. kamu memang kawan terbaik aku” dhea mulai agak tenang..tapi dia tetap menyimpan kemarahannya, kebenciannya dan sedikit ketakutannya.

Hari demi hari rasa itu semakin besar.. tiada hari tanpa membenci kelakuan rully.. semakin sering dia mengingat kejadian bodoh itu semakin menggumpal rasa bencinya. Hingga hari berikutnya dan berikutnya lagi diisi dengan kebencian terhadap rully.. sampai suatu saat dhea merasa kehilangan karena ada satu hari yang terlewatkan untuk mengingat kejadian itu… perasaan yang antagonis ini semakin berkembang, dan lambat laun membuat dhea merasa kangen akan kehadiran sosok rully walaupun hanya sekedar bayangan..

“dhea… maaf kalau aku lancang”
“aku fikir.. kamuuuu….”
“ada apa selfi.., kamu ngomong yang jujur dong” tegas dhea
“maaf yah.. aku fikir kamu terkena syndrome yang biasa dialami setiap makhluk” tukas selfi
“maksudddd?, yang jelas dong” dhea penasaran
“kamu terkena syndrome jatuh cinta.. maaf yah” kilah selfi dengan senyuman manisnya
“tidakkkkkkkk….. tidakkkkk mauuuuuuuuuu….. najisssssss….. huaaaaaaaaa” dhea tidak bisa menerima kenyataan.

“cinta itu bisa datang dan pergi tanpa kita ketahui, cantik”
“cinta itu anugerah dari yang maha kuasa”
“cinta kadang membuat kita bahagia, sedih, ceria dan benci.. tapi kadang kita rindu akan hadirnya cinta”
“karena cinta mempunyai kekuatan yang tidak terkira”
“cinta itu takdir yang tidak bisa kita pungkiri”
“tapi cinta bisa diredam dengan segala ketabahan kita”
“hanya saja, semakin diredam, cinta akan semakin besar.. semakin besar semakin sulit untuk mengendalikannya”
“mudah mudahan kamu bisa mengendalikan dirimu yah, cantik”
Selfi yang bijak sedikit berbicara tapi penuh makna.

Hari hari semakin berat di dada dhea.. antara cinta dan benci..
Dia juga membenci dirinya sendiri..
“kenapa aku harus jatuh cinta kepada brengsek itu”
Sebenarnya sudah hampir sepuluh siswa terbaik yang mengejar dhea.. tetapi semua kandas karena keteguhan hatinya.
Di dalam kesunyian malam di kamarnya dhea mulai berfikir, apa ini yang namanya hukum karma…
Semakin lama merenung dia semakin larut dalam tanda tanya..
Lalu dia ambil hp nya dan mencoba menghubungi selfi.
“assalammualaikum… dhea.. ada apa? Kamu belum tidur”
“selfi.. aku nggak tahu aku harus bagaimana yah”
selfi terdengar menarik nafas dan berbicara agak serak
“dhea cantik.. aku cuma bisa berkomentar sedikit aja.. tapi kamu tidak marah kan?”
“nggak kok” tukas dhea
“baiklah.. sudah saatnya kamu lepas semua beban didirimu.. akuilah bahwa cinta itu ada, cinta tidak mengenal kasta, aku yakin kamu akan lalui harimu dengan indahnya cinta.. Cuma satu hal yang perlu diwaspadai.. cinta tidak harus memilki yah cantik…”
Lalu mereka berdua mengakhiri pembicaraan telepon.

“hmmm ada benarnya juga kawanku ini” fikir dhea
Dhea mencoba untuk membiarkan cinta itu berkembang sendiri, dia mulai mencoba untuk tidak membenci rully.. demi cinta dan cita citanya.

====0000====

Bel sekolah berbunyi tepat saat mobil dhea tiba di pintu sekolah..
“mang udin… nanti jemput lagi yah.. awas jangan lupa…”
“iya neng.. nanti mang tunggu di gerbang”

Dengan tergesa gesa, dhea masuk ke sekolah.. tapi tiba tiba kakinya terhuyung dan jatuh terjerembab..
Dia meringis kesakitan..
Rekannya datang membantu..
Sembari menahan rasa sakit, mata dhea tertuju kepada sosok di ujung pagar bangunan..
Dengan tenangnya sosok itu senyum lalu kembali memainkan pena di jarinya kemudian berlalu pergi..

“ini pasti kerjaan si centeng itu” tukas ririn
Rupanya jebakan itu memang sengaja dipasang oleh rully yang dari pagi mengawasi pergerakan siswa/I yang datang. Dia menaburkan batu kerikil bundar sesaat sebelum dhea berlari.

Dhea meringis dan coba menahan diri…



Bersambung



Kamis, 15 Desember 2011

Asa di Desa Kembang Langit

Onggokan kayu itu semakin tinggi.  Tidak terasa sudah 3 jam tiga anak desa ini bekerja mengumpulkan kayu bakar di ujung jalan setapak menuju hutan. Tiap tetesan keringat tak kuasa menahan semangat mereka. Gurauan dan canda mengisi waktu yang terus bergulir. Tak sedikitpun rona lelah tersirat.

Yah.. akhirnya mereka selesaikan tiga susun kayu yang rapih lalu mulai mengikat di masing masing bahu.  Uppps… ada beberapa potong kayu yang terlepas saat berjalan dengan terhuyung-huyung.. sekali lagi mereka tidak merasa sedih atau kecewa.  Kembali aku menerawang, lantass… apa yang membuat semua ini menjadi sangat mudah bagi mereka?

Jawabannya cuma satu..  lakukanlah semua itu dengan rasa ikhlas, tanpa beban dan tentunya dengan semangat yang tinggi.  Hidup bagi anak anak ini bagaikan roda yang terus berjalan tanpa harus antagonis dan skeptis dengan pergerakannya. Mereka menapaki setiap rel kehidupan dengan fleksibilitas yang tinggi dan mensyukuri apa yang dihadapinya. Di dalam benak mereka hanya ada satu, bagaimana mengisi hidup ini dan membiarkan waktu itu berlalu. Ari, Roni dan Agus memang sosok yang lugu, tapi mereka tetaplah anak manusia yang mempunyai cita cita dengan segala keterbatasan yang ada.

“Aku mau menjadi dokter”, kilah Agus.
“Aku juga mau jadi Direktur”, selak Roni tidak mau kalah.
“Ah masaaa” , “Apa kalian yakin?” saut Ari
“hey ri.. kan tidak ada larangan punya cita cita apapun”, “kata ibuku juga, cita cita itu harus ada dan setinggi tinggi nya”, “terus kamu mau jadi apa? Punya cita cita tidak” Agus setengah memaksa.
“Hmmm.. aku apa yah…” Ari sedikit berfikir..,
“Mau jadi presiden sekarang susah sekali” berkilah dengan muka sedikit murung…
”Mau jadi insinyur, sekolahnya mahal” matanya nanar,
“Aahhh.. Aku sih terserah Alloh saja mau jadi apa, yang penting bisa menjadi pahlawan di keluargaku” celetuk Ari sambil mengencangkan pegangan ikat kayu di bahunya. Tapi di sela keheningan jalan, Ari mencoba mengadahkan kepala, lalu secara tidak sadar dia berdoa, “Ya Alloh, aku juga ingin jadi dokter seperti yang agus mau, berikanlah mukzizat Mu karena aku yakin Engkau maha pengasih”. Setetes air mata lalu terjatuh di pipinya, tergambar di benaknya kesulitan ekonomi orang tua yang memang di bawah ambang kemiskinan. Lalu dia kembali menengadah ke atas dan bergumam, “aku yakin aku bisa karena Alloh”, ”Abah..Ambu… aku ingin jadi kebanggaanmu” lalu Ari mengusap muka dengan tangan kanannya sembari mengucap “Amin”.

Tiga anak manusia itu telah meninggalkan jalan hutan dan masuk ke area persawahan.. matahari mulai bergulir di ufuk barat. Mereka lalu berhenti menatap matahari kemudian saling menatap. Tanpa aba-aba lalu mengacungkan lengan ke atas dan berteriak.. “Akuuuu bisaaaaa”….
Rupanya bukan hanya Ari, Agus dan Roni pun merenung dan berdoa sepanjang jalan..  yah.. cita-cita… itu yang saat ini mereka punya selain baju dan sedikit barang tidak berharga. Mudah mudahan mereka mendapatkan apa yang di cita-citakan nya, Amin.