Rabu, 28 Desember 2011

Cinta Sebening Embun (Part 3)


Hmmm.. itu juga kalau kamu tidak keberatan” saut Rully
Mereka berdua kemudian pergi ke RS Ananda. Sesampai disana kondisi RS sangat bagus dan sepi.. RS Ananda memang diperuntukkan untuk golongan menengah keatas. Lengkap dengan peralatan medis tercanggih dan harga premium. Mereka berputar dari satu lorong ke lorong yang lain. Beberapa kali mereka salah masuk ruangan. Lama kelamaan Rully yang gelisah semakin resah.
“fi.. apa kamu benar benar yakin ini rumah sakitnya” Tanya rully dengan nada bosan
“sepertinya begitu.. enggghhh.., aku telepon dulu yah salah satu keluarganya” tukas selfi
“Cuma disini dilarang berbicara di handphone, lebih baik kita ke taman saja dulu” sambung selfi
“ok.. aku juga mulai nggak betah neh.. bau obatnya bikin mules” saut rully

Mereka berduapun melangkah ke taman. Taman di RS Ananda ini memang diperuntukkan bagi penunggu pasien. Kondisinya sangat indah. Ada gazebo yang menghadap langsung ke perbukitan. Pepohonan dan rumput yang hijau. Ada juga tempat bermain anak anak.  Saat selfi memulai untuk menghubungi kerabat lain, rully mengambil posisi di salah satu ayunan mainan anak.
Dia terlihat lesu dan penuh dengan rasa kesalahan. Teringat lagi seluruh tindak tanduknya yang sangat tidak wajar ke dhea. Rully mulai mengulas kembali kenangan yang lampau. Dia sebenarnya anak yang baik, pintar dan teladan. Beberapa belas bulan yang lalu dia bertemu seorang gadis yang meluluhkan hatinya. Segalanya berubah jadi indah. Hidup penuh semangat. Sang kekasih selain cantik, sopan dan anggun, dia juga penuh perhatian dan selalu memberi dukungan atas semua yang dia lakukan. Tidak seperti wanita kebanyakan. Rully menjadi anak yang berprestasi dan beberapa kejuaraan bertema teknologi bisa dia raih.

Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Hidup bagai roda yang berputar. Suka atau tidak suka hubungan mereka seperti kapal yang akan karam. Sungguh sangat tidak dimengerti.. Badai berawal dari keluarga sang kekasih. Keluarga tradisional yang marginal. Beban biaya hidup yang berlebihan membuat orang tua sudah tidak bisa memikul lagi kehidupan sehari hari apalagi biaya sekolah. Ayah sang kekasih memutuskan untuk menjodohkan anaknya sendiri dengan salah satu kerabat yang jauh lebih tua tapi mau bertanggung jawab atas segala biaya pendidikan dan keseharian anaknya. Dengan catatan setelah lulus sekolah menengah umum, mereka akan dipersandingkan di pelaminan. Sang kekasih sempat shock, tapi karena pendidikan agama dan kultur yang kuat, dia berusaha menerima semua takdir dan petunjuk. Dia berusaha menjadi yang terbaik karena dia sadar bahwa tragedy ini mungkin jalan yang terbaik dari yang maha kuasa.

Berbeda dengan Rully.. dia tidak bisa menerima kenyataan.  Dia merasa hak nya dirampas.. semaksimal mungkin dia berusaha tapi hasilnya nihil. Rully pernah memohon pak Eso, ayahnya sendiri untuk datang ke rumah kekasihnya dan meminta untuk membatalkan semua acara. Tapi jawaban yang diterima malah tidak mengenakkan. “sudahlah rul, memangnya cewek cuma dia saja, kalau perlu nanti papah carikan”.
Rully merasa kiamat datang lebih awal. Dia shock dan secara perlahan tabiatnya berubah seperti sekarang ini. Apalagi belakangan dia tahu bahwa tunangan sang kekasih adalah Pak Eso yang notabene ayahnya rully sendiri. Dunia memang edan.

“hmmm… tapi sekarang semua sudah berubah.. kamu telah membuka hatiku, dhea” gumam rully pelan di taman. Pandangan matanya kosong. “you are like water which fulfilled all of empty area in my heart”.
“aku memang jatuh cinta..”
“aku menyesal melakukan semua ini”
“maafkan aku dhea..”
“aku nggak mau kehilangan yang ke sekian kali”
“tidakkkkkk !!.” Rully reflek berteriak.

Saat bersamaan ada tangan halus yang bergerak ke pundak Rully.
“aaaa..aaaku yang salah, aku yang harus minta maaf” jelas suara pemilik tangan halus tadi.
Rully berputar arah, setengah kaget dia berteriak
“Dheaa….”
Sebentar saja suasana berubah..
“ooohhh… jadi ini cuma akal akalan kamu saja yah..”
“aku sekarang yang jadi pecundang”
“aku terlalu percaya dengan kebohongan kamu dan selfi”
“kamuuu puassss..???!!!”
Rully merasa kesal, malu dan marah

“Rully.. aku tidak tahu apa-apa” selak Dhea
“Bohongg!!!” sanggah Rully
“tapi itu benar.. aku disini sudah lima hari menjaga papah yang sedang sakit” jawab dhea
“pleaseee… kamu boleh nggak percaya, tapi aku memang tidak berbohong” tukas dhea sedih

Di tengah pertikaian itu, tiba tiba datang lagi suara lembut
“Rully dan Dhea.. aku mohon maaf, aku yang melakukan semua ini” ternyata itu selfi.
“aku fikir, sudah saatnya kalian saling terbuka dan mengerti”
“kalian ini sebenarnya saling mencinta”
“ada apa dengan kalian? Kenapa mempertahankan ego masing-masing?”
“kenapa kalian menyiksa perasaan kalian sendiri”
“aku mohon maaf kalau aku lancing dan berbohong”
“ini pertama kali aku berbohong semenjak berteman dengan kalian”
“tapi ada satu hal yang kalian perlu ketahui… kalian tidak pernah bisa berkelit akan cinta”
“cinta hanya bisa hilang dengan cinta yang lain”
“tapi cinta yang sejati tak akan pernah hilang sampai kapanpun”
“apakah kalian masih akan menyiksa diri sendiri sampai mati? Silahkan kalau kalian mau”
“sekali lagi maaf, aku mohon diri, assalammualaikum”

Rully dan Dhea saling terdiam…entah apa yang difikirkan. Dhea lalu menangis tersedu.
Tak tahan melihat dhea menangis, rully mulai menggapai jari dhea satu persatu, digapai dan dipeluk erat.
“Dhea.. maafkan atas segala kesalahanku.. sebenarnya aku sayang kamu” Rully sedikit tersedak
“Aku juga sayang kamu” sahut dhea
So sweeettt….. Kini mereka mulai terbuka dan berhasil mengalahkan ego nya sendiri.
“Aku ingin miliki kamu selamanya” bisik rully
“me too, sweetheart” jawab dhea tersenyum

====000===

Tujuh tahun berselang.
Dhea menitikkan air mata mengenang saat-saat yang manis itu. Dia membuka seluruh diary nya satu persatu. Saat ini Dhea sudah bekerja di salah satu kontraktor asing di bidang pertambangan. Rully sendiri menjadi seorang pengusaha sukses berbekal pendidikan di MIT amerika. Mereka sudah melangsungkan pernikahan dua tahun yang lalu dan telah dikaruniai satu orang anak laki yang lucu.
“untung saja ada rekan baikku yang cerdas dan ahli strategi” gumam dhea..

Tapi sekejap kemudian wajah dhea pucat pasi..
“kasihan sekali selfi” gumam dhea lagi
Selfi, gadis berjilbab itu setelah lulus kemudian melanjutkan ke universitas dan mengambil jurusan kesehatan masyarakat. Selfi lalu mengabdikan dirinya ke daerah daerah terpencil. Dia ingin menjalankan amanah yang pernah diberikan orang tuanya. “menjadi orang yang berguna bagi orang lain”. Gaji yang dia dapat, 75 persen ditransfer ke ayahnya untuk biaya pendidikan adik adiknya. Selfi, wanita berjilbab yang anggun, sopan, halus budi dan mulia ini sedang mendapatkan cobaan yang berat. Dua tahun bekerja di pedalaman Kalimantan tengah. Suatu waktu dia masuk jauh ke pedalaman lagi untuk memberikan bantuan kesehatan, dia terkena goresan tumbuhan beracun. Sebenarnya racun ini bisa dihilangkan kalau penanganannya cepat. Hanya saja, lokasi yang sangat jauh dan perlu berhari hari untuk sampai perkotaan membuat kerusakan akibat racun itu semakin meluas.

Kini selfi sudah di evakuasi ke Jakarta. Menurut dokter racunnya sudah sampai ke otak. Seluruh tangan dan kakinya lumpuh. Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya gejala demam malaria. Selfi sempat koma beberapa kali, tapi saat dhea berkunjung tadi pagi, selfi terlihat agak segar. Dia melemparkan senyum nya beberapa kali. Selfi mencoba angkat bicara.
“dhea.. kamu makin cantik.. bagaimana anakmu”
“makasih ya fi.. anakku makin lucuuu.. kamu cepat sehat yah, biar bisa main sama anakku”
“Insya Allah dhea.. semoga”
Itu yang masih diingat oleh dhea tadi pagi. Tiba-tiba dia teringat lagi tentang sesuatu.. yaa… seseorang rekan selfi menitipkan barang barang selfi ke dhea karena beliau akan kembali lagi ke Kalimantan. Dhea coba membuka tas plastic itu satu persatu.. dia tersenyum karena semua barang kenangan yang dia berikan ke selfi ada disana dan selalu dibawa kemana selfi pergi. Lalu dhea mengambil salah satu buku, rupanya itu buku diary nya selfi..
“wahh… pasti seru neh cerita selfi disana”
Lembar per lembar dia buka satu persatu

Diary ku…
Sepertinya tugasku sebentar lagi selesai.. mungkin akan akan kembali ke kampung halaman dalam beberapa hari ke depan. Senang rasanya tetapi ada segelintir rasa enggan. Aku sudah terlalu betah disini. Semua asli dan asri. Cukup berat bagiku untuk kembali bertemu dengan kenangan lama. Kenangan dimana aku harus melupakan dan merelakan dia sepanjang hidupku.

Dhea.. menarik nafas.. dadanya sedikit berguncang. Tapi dia lanjutkan membaca diary itu.

Diary.. telah lama sekali aku tidak berjumpa dengan mereka. Aku ingat tujuh tahun yang lalu.. ada sesuatu yang ingin kulakukan untuk pujaanku ini. Aku tidak mau dihantui rasa bersalah terus menerus. Jalan yang aku jalani ini adalah bukan pilihanku. Tapi ini sudah menjadi suratan takdir yang tidak bisa aku hindari. Aku telah menyakitinya, Itu memang cobaan hidup.. tapi apa aku bisa memilih.. masih bisa, hanya saja aku tidak boleh egois.. aku sangat sayang sama ayah dan adik adik. Semenjak ibu meninggal dunia, aku menjadi tumpuan harapan mereka.

Diary.. ketika aku memilih jalan itu… sebenarnya hatiku telah hancur… cinta ini seperti layang layang putus yang terbawa angin entah kemana. Kalau dia merasa terluka aku bahkan lebih dari luka. Rully.. aku merasakan bahwa tujuh bulan hubungan kita adalah hal yang paling indah yang aku miliki selain keluargaku ini. Aku juga tak ingin benih benih cinta ini pudar sebelum berkembang, tapi lacur berbicara lain. Andaikan kau tahu, sampai saat ini pun, cinta aku hanya untuk kamu. Aku kemas cinta ini dengan rapih, terlindung dari segala macam godaan, jauhhh…. Jauhhh di lubuk hati yang paling dalam. Karena aku tahu kalau aku bisa bahagia dengan memelihara cinta suci ini.

Diary, aku senang bisa menyatukan Rully dengan dhea.. aku cuma ingin kamu bahagia.. aku yakin, dhea adalah orang yang terbaik untuk kamu. Kamu pasti bahagia, dear. Aku bisa merasakan kebahagiaan kalian dari jauh. Sekarang aku bisa tersenyum. Senang melihat pangeranku bisa berhasil dan sukses. Berbeda sekali dengan kondisi saat kamu terluka, kamu jelek sekali, beringas dan menakutkan.

Diary, aku sudah berjanji untuk mengabdi ke pak Eso yang telah membantu keluarga aku selama ini. Tapi sepertinya pak Eso berubah fikiran. Allah memberikan dia petunjuk untuk memilih berada di lingkungan keluarganya sendiri. Aku senang mendengarnya. Tanpa perlu aku jelaskan, pak Eso sudah sadar dengan sendirinya. Tapi sekarang, aku malah bingung untuk berjalan ke arah yang mana. Hatiku sudah bertahun tahun tertutup untuk orang lain.. yang ku ingat di setiap bait doa adalah nama rully..
Ya Allah.. aku memang terlalu egois..mohon ampun ya Allah… yang kubisa adalah mendoakan pahlawanku itu agar tetap bahagia.. bimbinglah aku ya Allah agar aku senantiasa menjaga cintaku ini sampai akhir hayat..

Dhea.. sudah tidak kuat lagi untuk terus membaca diary itu. Dia menangis sekuatnya. Dia bekap diary itu erat erat… Dia sendiri bingung apa yang harus dilakukan
Tiba tiba HP dhea bergetar. Ada sebuah sms masuk..
“Dhea.. kalau kamu bisa, kamu kesini yah nak.. tolong bantuin oom untuk mempersiapkan proses pemakamkan Selfi..”

Dhea tersentak.. pesan itu dari ayahnya selfi…
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” ucap dhea sambil meneruskan tangisnya..

 ===0000====

Mentari mulai naik sampai ke titik yang paling tinggi. Acara pemakaman sudah dimulai dan hampir selesai. Isak tangis mengiringi kepergian selfi.. Dhea dan Rully berbaur menjadi satu. Dhea beranjak pulang dan meletakkan secarik surat dan ditempelkan ke nisan rekannya itu

Kawanku Selfi..
Aku mohon maaf atas kesalahanku selama ini. Kamu adalah kawanku yang terbaik yang tidak pernah aku lupakan. Kawan yang aku sungguh muliakan. Selamat jalan kawanku, doa selalu aku panjatkan demi kebahagiaan engkau disana.. kebahagiaan yang hakiki.. kebahagiaan bersama cinta yng kamu simpan rapih selama ini. Cinta kamu “cinta sebening embun”.

Rully dan Dhea


Tidak ada komentar:

Posting Komentar